Minggu, 10 Mei 2009

Herman Umar Wartawan Senior Sakit Stroke Sejak Solsel Mekar

Wartawan Harus Tegar dan Tegas

Siapa sangka, kalau nasip seorang yang menggeluti dunia jurnalistik akan bisa senang dan masih dihargai, jika ia sudah tidak aktif lagi menulis karena sakit yang dideritanya. Ketika masih aktif menulis untuk menginformasikan berbagai kejadian di Solok Selatan, orang selalu memandang kita dari bermacam sudut pandangan.

Jika menguntungkatan bagi orang yang diberitakan, maka kita akan dianggap telah berjasa padanya, atau salah satu institusi. Tapi jika yang kita beritakan tersebut mengontrol pekerjaannya yang dinilai merugikan banyak orang, maka si wartawan tersebut akan dicap sebagai wartawan yang tidak berbuat atau wartawan yang tidak benar.

Demikian sekelumit kisah yang dituturkan Herman Umar (70), kepada wartawan se-Solok Selatan saat berkunjung kerumahnya minggu lalu. Rombongan wartawan yang berkunjug ke kediaman Herman Umar di Sungai Cangkar Muara Labuh adalah untuk membezuknya telah menderita sakit semnejak tahun 2004, tepatnya setelah beberapa minggu Solok Selatan mekar dari Kabupaten Solok.

Herman umar pada awal karirnya tercatat sebagai wartawan Harian Semangat, dan menjelang stroke dan asam urat menyerangnya, ia tercatat sebagai wartawan Mingguan Serambi Pos. Untuk kalangan pejabat di Kabupaten Solok dekade kepemimpinan Arman Danau hingga ke pemimpinan Bupati Gamawan Fauzi, nama Herman Umar sudah tidak asing lagi bagi mereka. Karena Herman setiap bulan selalu berkunjung untuk mengkonfirmasi dan mencari berita kepada mereka.

Sekarang itu semua hanyalah sebuah kenangan bagi saya “ kata Herman. Sekarang saya tidak bisa lagi memainkan tangan ditut mesin ketik yang saat kini masih saya simpan. Untuk berjalan saja Herman harus mempergunakan tongkat untuk penyanggah kaki kanannya yang tidak kuat berdiri.

Kepada wartawan yang saat itu datang bersama Ketua Perwakilan PWI Solok Selatan Hendrivon beserta seluruh pengurus, Herman memberi semangat agar wartawan yang saat ini meliput di Solok Selatan untuk tetap berbuat demi kamajuan. Jangan pernah takut untuk memberitakan yang bersifat merugikan banyak orang. Yang penting berita yang kita buat tersebut porposional dan berimbang, ingat jangan lupa konfimasi kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan tulisan kita itu.

Rombongan wartawan Solok Selatan saat itu, selain bersilatuhrami dan bercerita tentang pengalaman sebagai wartawan, juga memberikan dukungan dana ala kadarnya (maklum iurannya mendadak) kepada Herman. Tidak itu saja, para wartawan juga saling berebutan benyerahkan Koran dari media mereka tempat bekerja.

Mendapat Koran, mata Pak Herman berkaca-kaca. Sudah lama saya tidak membaca koran, selain tidak bisa membeli, juga tidak ada yang bisa untuk membelikan koran saya, tutur Herman agak menghiba. Bahagia saya mendapat hadiah koran ini, saya akan baca semua koran yang diberikan ini, tukuk Herman.

Terakhir Herman berpesan, agar seluruh wartawan Solok Selatan tetap bersatu dan tetap tegar dan jujur untuk menulis, serta mampu menghadapi tantangan pekerjaan. Kalulah tidak kita yang akan berbuat untuk menginformasikan berbagai kejadian disini, siapa lagi.ya ngak, akhir Hermar. Afrizal Amir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar